Kamis, 23 Oktober 2014

Derita Negeri



Oleh: Fransiskus Douw *)
 
Derita ini
Menahan batin  menangis,
Menahan panas hati  bergejolak
Menahan perasaan  suram


Apakah Atas ujian Tuhan yang amat pedih?
Atau dari seseorang pecundang yang menyayat kami?
Kami tahu, kami paham !


Orang yang memgikis kami menderita adalah orang yang serakah
Dialah, Orang yang ingin menguasai alam kami Negeri Papua
Antara, Dengki, dan pemfitnah ! Brengsek !


Derita ini
Kami tetap bersabar saat ada orang yang tertawa di atas penderitaan kami !
Karena dengan begitu adanya penderitaan kami,
Kami mau mewujudkan harapan dan cita-cita Bangsa kami Papua yang Hakiki


*) Penulis adalah Mahasiswa asal Mee Pago Papua


Selasa, 20 Mei 2014

JERITAN ANAK NEGERI



Oleh: Antipmen  Delka *)
 
Harga diri tak di hargai
Perhatian kini tiada
Hanya jeritan tangis  dimana-mana.         

Ku tak sanggup melihat        
Dan mendengar tangisan anak negeriku
Karena hitam kulit tak dihargai         

Walau  Hitam kulit bukan kegelapan
Tetapi fajar timur yang terang
Menerangi Negeri Surga ku Papua dan seluruh dunia

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago

IBU, CINTA PERTAMAKU

Oleh: Nopias Delka *)
 
Ibu cinta Pertamaku
Bidadari yang tiada
Jejak yang tak kutemukan
Walau Ketika aku jatuh kau memelukku
Namun kini  belum menatap dirimu

Setiap saat kau membuatku berbaring dipangkuanmu
Inilah Kasih sayangmu tak bisa ku bayar
Kau selalu merawat dan lindungiku
 kini kau tiada di dunia

Layaknya sepucuk bunga yang  kau sirami
Air susumu yang membesarkanku
Namun Kini menjadi tanah
Ku tak sanggup membalas jasamu

Kaulah pahlawan tanpa jasa, yang pernah ku temui
Terima kasih Tuhan kau menjadikan dia
Dialah ibuku, yang kurindukan sepanjang hidupku
Terima kasih mama, kaulah cinta pertamaku          

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pengunungan Bintang, La- Pago      

Jumat, 16 Mei 2014

Harum Negeri Papua luntur


Oleh: Nopias Delka *)

Sore itu langit tampak cerah  bersinar
Angin bertiup  utara ke selatan
Membuat  sore kota itu menjadi segar
Nanyian riang  air terdengar meraung

Kumpulan ombak kecil menyatu menuju daratan
Deretan gunung  terbentang melintasi kota
Yang membuat kota itu indah
Sungai  jernih mengalir membawa emas bagi dunia

Suasana kota itu tak tampak
Dan kini  semakin menyuram,
Emas dan harta kekayaan alam lainnya menjadi milik orang
Dulu kangkung bisa ambil

 Dipinggir jalan tepi
Sekarang kangung hanya bisa beli di tokoh
Guru matematika jadi pemain togel
Siapa yang mendidik anak-anak?

Siapa lagi yang akan membangun negeri ini?
Yang punya siapakah sebenarnya negeri ini?
Zamanpun semakin berkembang,
Budayapun semakin hilang tenggelam,

Dalam lautan pasifik,
Akankah ia kembali lagi?,
Eloknya negeriku,
Tampak indah dan permai.

Namun, emas dan uranium tampak sepih
Entah kemana?
Harum dan wanginya kembang-merembang kemana-mana,
Tapi rumah milik emas, menjadi sepih

Itulah tumbuhnya sejuta harapan,
Disanalah kuterukir
terlunturnya diri
Itulah negeriku papua, yang kusayangi

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago


Cintaku pergi



Oleh : Onaratus Kulka
 
Jika cinta hadir hanya untuk menyakiti,
Kenapa duhulu kita bertemu pisah
Memang menyakitkan disaat kurasa
Ku
tak temukan yang sejati
Kau pergi melepaskanku

Harusnya kau tarik aku
Dan ucapkan, jangan tinggalkan aku?
Tapi kau pergi begitu tanpa suara
Padahal bukan  jawaban yang ku mau

Ku ingin genggam
erat tangan
Dan berkata, untuk selamanya bersamamu?
Harusnya kamu bilang untuk merubah keputusan itu
Untuk  tak meninggalkan seperti sekarang

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago