Jumat, 16 Mei 2014

Harum Negeri Papua luntur


Oleh: Nopias Delka *)

Sore itu langit tampak cerah  bersinar
Angin bertiup  utara ke selatan
Membuat  sore kota itu menjadi segar
Nanyian riang  air terdengar meraung

Kumpulan ombak kecil menyatu menuju daratan
Deretan gunung  terbentang melintasi kota
Yang membuat kota itu indah
Sungai  jernih mengalir membawa emas bagi dunia

Suasana kota itu tak tampak
Dan kini  semakin menyuram,
Emas dan harta kekayaan alam lainnya menjadi milik orang
Dulu kangkung bisa ambil

 Dipinggir jalan tepi
Sekarang kangung hanya bisa beli di tokoh
Guru matematika jadi pemain togel
Siapa yang mendidik anak-anak?

Siapa lagi yang akan membangun negeri ini?
Yang punya siapakah sebenarnya negeri ini?
Zamanpun semakin berkembang,
Budayapun semakin hilang tenggelam,

Dalam lautan pasifik,
Akankah ia kembali lagi?,
Eloknya negeriku,
Tampak indah dan permai.

Namun, emas dan uranium tampak sepih
Entah kemana?
Harum dan wanginya kembang-merembang kemana-mana,
Tapi rumah milik emas, menjadi sepih

Itulah tumbuhnya sejuta harapan,
Disanalah kuterukir
terlunturnya diri
Itulah negeriku papua, yang kusayangi

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago


Tidak ada komentar:

Posting Komentar