Oleh Fransiskus Douw
Kita Berdua adalah Anak kecil, Manusia Melanesia
Manusia Bumi Cendrawasih Papua.
Kita Berdua, walau hanyalah Berumur belia
Kita Berdua, walau hanyalah Berumur belia
Tapi ingin berbagi cerita tentang perjalanan
kehidupan manusia Melanesia.
Kita Berdua tahu bahwa kita tidak akan mencapai umur seperti dalam rahim ibu
Namun sebagai manusia Melanesia tidak ada yg dapat membantu kita berdua
Dari datangnya Ancaman,Tekanan, Derita,
Penindasan,
Terror, Penyiksaan, Pemerkosaan, dan Pembunuhan
Yang diperbuat oleh TNI/POLRI diatas
Tanah kami Tanah Papua Melanesia
jikalau Kita berdua tahu bahwa kita berdua akan meninggal segera
Bila memang manusia Melanesia tidak
menghantarkan kita berdua
Karena, hingga ke titik puncak
perjuangan kebebasan di Bumi Cendrawasi ini
Tapi bagaimana?
Apakah mereka akan datang pada malam hari
Ketika kita berdua berbaring diatas
tempat tidur
Dan menghancurkan Kekayaan Alam kami
dan rumah kami?
Apakah manusia Melanesia membiarkan
kita berdua
Dengan kehidupan Penderitaan seperti ini?
Mereka akan berkata bahwa umur panjang
kalian hanya omong kosong
Atau akankah manusia Melanesia mengerti
akan penderitaan ini
Misalnya akan membawa kami berdua dari
tekanan dan penindasan dan lainnya
Ke titik puncak perjuangan menuju
kebebasan dan kedamaian
Kita berdua tahu pada suatu saat nanti
kita tak akan dapat kembali
bersama-sama
Kami akan berpisah dengan mereka
Untuk selama-lamanya dan bebas dari
tekanan
Dan penindasan diatas Alam kami Bumi
Cendrawasih Papua Melanesia
Ini sesuai dengan Kehendak dan Rencana Tuhan.
Ayah kita berdua,Ibu kita berdua dan manusia Melanesia
Kebanyakan sudah ditindas, dibunuh
habis-habis oleh TNI/POLRI
Sambil mereka merampas-rampas hasil
Kekayaan Alam kami
Di Bumi Cendrawasih yang Tuhan berikan
Untuk kami mengolah sendiri.
Namun, Kita berdua hanya menjumpai cerita
yang lain
Jenazah yang berlumuran darah
Manusia Papua melanesia tak akan dapat
hidup kembali dari kematian
Dan melawan TNI/POLTI bersama-sama
kita dua dan hanya kamilah yang
tersisah di Bumi Cendrawasih ini.
Kalau kakak-kakak manusia Melanesia
tidak Membawa kita berdua
Ke titik puncak perjuangan kebebasan
tubuh mungil kita berdua
Akan beristirahat di makam kecil kita
berdua untuk selama-lamanya
Setiap hari,kita berdua duduk menatap
arah matahari
Dan bertanya kepada matahari
Dengan hati yang penuh dengan
derita,sedih dan sakit
Kapankah kebenaran itu bersinar?
Semuanya ini berakhir sambil menunggu
Ayah,Ibu
Dan saudara-saudari manusia Melanesia
Yang sudah tiada di Bumi Cendrawasih
ini
Untuk pulang kembali ke Bumi Cendrawasih
Tetapi saat kita berdua menatap
matahari itu,
Dia juga selalu mengatakan kepada kita
berdua
Dengan suara yang nyaring lembut
Bahwa Ayah,Ibu dan saudara-saudari Manusia Melanesia
Bahwa Ayah,Ibu dan saudara-saudari Manusia Melanesia
Yang sudah terlebih dahulu meninggalkan
Bumi Cendrawasih ini
Bahwa mereka tidak akan kembali
Tetapi mereka menuju ke tempat yang indah
Itu disana mereka akan menjadi
Malaikat-malaikat
Karena mereka meninggalkan Bumi
Cendrawasih itu diatas Kebenaran
Mereka selalu mengatakan kepada kita
berdua pula
Agar tak takut akan Gelombang waktu
menuju pembebasan
Dalam Perjuang Kebebasan yang penuh
Damai
Karena kami berdua adalah Manusia Melanesia selamanya
Karena kami berdua adalah Manusia Melanesia selamanya
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua asal Meepago
Tidak ada komentar:
Posting Komentar