Selasa, 20 Mei 2014

JERITAN ANAK NEGERI



Oleh: Antipmen  Delka *)
 
Harga diri tak di hargai
Perhatian kini tiada
Hanya jeritan tangis  dimana-mana.         

Ku tak sanggup melihat        
Dan mendengar tangisan anak negeriku
Karena hitam kulit tak dihargai         

Walau  Hitam kulit bukan kegelapan
Tetapi fajar timur yang terang
Menerangi Negeri Surga ku Papua dan seluruh dunia

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago

IBU, CINTA PERTAMAKU

Oleh: Nopias Delka *)
 
Ibu cinta Pertamaku
Bidadari yang tiada
Jejak yang tak kutemukan
Walau Ketika aku jatuh kau memelukku
Namun kini  belum menatap dirimu

Setiap saat kau membuatku berbaring dipangkuanmu
Inilah Kasih sayangmu tak bisa ku bayar
Kau selalu merawat dan lindungiku
 kini kau tiada di dunia

Layaknya sepucuk bunga yang  kau sirami
Air susumu yang membesarkanku
Namun Kini menjadi tanah
Ku tak sanggup membalas jasamu

Kaulah pahlawan tanpa jasa, yang pernah ku temui
Terima kasih Tuhan kau menjadikan dia
Dialah ibuku, yang kurindukan sepanjang hidupku
Terima kasih mama, kaulah cinta pertamaku          

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pengunungan Bintang, La- Pago      

Jumat, 16 Mei 2014

Harum Negeri Papua luntur


Oleh: Nopias Delka *)

Sore itu langit tampak cerah  bersinar
Angin bertiup  utara ke selatan
Membuat  sore kota itu menjadi segar
Nanyian riang  air terdengar meraung

Kumpulan ombak kecil menyatu menuju daratan
Deretan gunung  terbentang melintasi kota
Yang membuat kota itu indah
Sungai  jernih mengalir membawa emas bagi dunia

Suasana kota itu tak tampak
Dan kini  semakin menyuram,
Emas dan harta kekayaan alam lainnya menjadi milik orang
Dulu kangkung bisa ambil

 Dipinggir jalan tepi
Sekarang kangung hanya bisa beli di tokoh
Guru matematika jadi pemain togel
Siapa yang mendidik anak-anak?

Siapa lagi yang akan membangun negeri ini?
Yang punya siapakah sebenarnya negeri ini?
Zamanpun semakin berkembang,
Budayapun semakin hilang tenggelam,

Dalam lautan pasifik,
Akankah ia kembali lagi?,
Eloknya negeriku,
Tampak indah dan permai.

Namun, emas dan uranium tampak sepih
Entah kemana?
Harum dan wanginya kembang-merembang kemana-mana,
Tapi rumah milik emas, menjadi sepih

Itulah tumbuhnya sejuta harapan,
Disanalah kuterukir
terlunturnya diri
Itulah negeriku papua, yang kusayangi

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago


Cintaku pergi



Oleh : Onaratus Kulka
 
Jika cinta hadir hanya untuk menyakiti,
Kenapa duhulu kita bertemu pisah
Memang menyakitkan disaat kurasa
Ku
tak temukan yang sejati
Kau pergi melepaskanku

Harusnya kau tarik aku
Dan ucapkan, jangan tinggalkan aku?
Tapi kau pergi begitu tanpa suara
Padahal bukan  jawaban yang ku mau

Ku ingin genggam
erat tangan
Dan berkata, untuk selamanya bersamamu?
Harusnya kamu bilang untuk merubah keputusan itu
Untuk  tak meninggalkan seperti sekarang

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago

Diary cinta ku


Oleh:  Onoratus Kulka *)

Hidup..
Jauh dari tatapan seribu wajah berpoles hingar bingar...
Di sudut terpencil kota di bawah lembah ngarai..
Pias wajah sahaja.
Menyemai benih kehidupan..

Terpapar segenap kesabaran
Terjeda semaian keihklasan
Damai tersemai..
Teduh mengetuk jiwa..
Di sana tertanam hamparan
Dan hektaran harapan kehidupan..

Namun Kadang terpijak dengan Tembang alam yg mengurai bulir airmata..
Kadang tiada mampu melihat di sudut jiwa..
Pengorbanan y
ang terangkai sepanjang usia..

Perjuanganmu tiada kenal lelah..
Menatap sahaja dalam doa
Harap seribu ratap..
Tetaplah hijaunya menghampar selamanya
Tanpa harus ternoda..
Tetap melekat asri nan indah

Dengan semilir hembusan angin Mengalunkan nada merdu
Bernyanyi bersama sang gembala..
Dengan Tembang gambuh
Serta kinanthi..

Menikmati senyum yg menghiasi..
tiap butiran peluh..
Yang menetes sepanjang anak sungai..
Mengaliri kehidupan tiap titian..


Smoga hamparan kesabaran tetap melingkari..
Menggapai kehidupan Damai nan asri..
Trimakasih t
eruntukmu

Yg terkadang peluh lelah mu tiada terhargai..
Kehidupan tetap berjalan
Semangat juang m
elawan aral kehidupan tetap abadi tak Sedikit pun letih..

*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa Pegunungan Bintang, La- Pago