Oleh: Nopias Delka *)
Sore itu
langit tampak cerah bersinar
Angin
bertiup utara ke selatan
Membuat sore kota itu menjadi segar
Nanyian riang air terdengar meraung
Kumpulan ombak
kecil menyatu menuju daratan
Deretan gunung terbentang melintasi kota
Yang membuat
kota itu indah
Sungai jernih mengalir membawa emas bagi dunia
Suasana kota
itu tak tampak
Dan kini semakin menyuram,
Emas dan
harta kekayaan alam lainnya menjadi milik orang
Dulu
kangkung bisa ambil
Dipinggir jalan tepi
Sekarang kangung
hanya bisa beli di tokoh
Guru
matematika jadi pemain togel
Siapa yang
mendidik anak-anak?
Siapa lagi
yang akan membangun negeri ini?
Yang punya
siapakah sebenarnya negeri ini?
Zamanpun semakin
berkembang,
Budayapun semakin hilang tenggelam,
Dalam lautan
pasifik,
Akankah ia
kembali lagi?,
Eloknya
negeriku,
Tampak indah dan permai.
Namun, emas
dan uranium tampak sepih
Entah
kemana?
Harum dan
wanginya kembang-merembang kemana-mana,
Tapi rumah
milik emas, menjadi sepih
Itulah
tumbuhnya sejuta harapan,
Disanalah
kuterukir
terlunturnya diri
Itulah
negeriku papua, yang kusayangi
*) Penulis Puisi adalah Mahasiswa
Pegunungan Bintang, La- Pago